Sayang

malam dan siang selalu terpisahkan.
mentari dan rembulan tak pernah bergandengan.
perihal waktu, mereka akan dipertemukan.

kelak, saat tiba waktunya kehancuran.

malam ini angin berhembus tidak terlalu kencang.
sesekali udara menjadi sedikit basah, terkena bias embun.
eh, entah bercak hujan atau embun susah di bedakan.

suasana di sekeliling begitu remang, mataku tak menemukan sedikitpun kehidupan.
terkadang beberapa bias rintik hujan menyentuh kaki dan membasahi baju merahku.
suara gemericik dan guntur seolah bersautan.
ini bukan tentang kesedihan atau kemarahan.

seolah mereka tau apa yang sedang aku rasakan.

sesekali aku merasa tak sendiri malam ini,
mereka sedang berbicara, seperti sudah lama tak bersua.

"krekk..... krekkk..... kreeekkk....."
samar samar aku mendengar decitan besi tua.
angin malam ini turut bermain ayunan dengan gembira.
beberapa mainan anak anak terlihat bergoyang, kecuali jungkat jungkit yang berada tepat di hadapanku.

aku mulai merasa dingin, dan ketakutan.
beberapa penggal suara adzan terdengar dengan samar, berpadu suara hujan dan juga guntur yang menggelegar.

dadaku tergoncang.
merasa menyesal.
berisik dan juga kesepian.

aku kembali bersandar di tiang pendopo taman.
masih duduk, dengan memeluk kedua kakiku.
tanpa sadar sesekali hidungku mulai susah bernafas.

aku mencoba tertawa, tapi rasanya tidak bahagia.
tapi entah mengapa rasa sesak di dada itu berkurang secara perlahan.
aku menyesal, karena belum pernah mengucapkan "Sayang".