Perjalanan AWAL

Sambungan "pertemuan singkat"

aku melewati pelajaran bahasa indonesia di kelas tanpa sepatah kata pun, penyesalan masih ada di benakku, tak pernah sebelumnya aku tertidur di kelas, betapa terlihat bodohnya aku tadi?

"kamu gakpapa kan DI?"

"gakpapa" jawabku singkat dan tersenyum simpul

"kamu lagi ada masalah? Gak biasanya kamu tertidur didalam kelas? Bahkan tidak pernah sebelumnya, kamu memikirkan apa?"
aku dan nuril pun terjadi saling pandang beberapa detik
"aku semalaman gak bisa tidur ril?"

"memangnya apa yang kamu pikirkan? Kok sampe gak bisa tidur? Soal ayahmu? Kamu kangen dengan dia"

seketika hadi menundukkan kepalanya, dia berusaha mengendalikan emosional dan kegundahan hatinya, mencoba agar terlihat tetap tegar di hadapan sahabatnya.

"sudahlah? Kamu boleh saja kangen sama ayahmu, tapi jangan sampai membuat kamu menjadi seperti ini, kamu harus tetap semangat menjalani hidup! Lagian kan masih ada ibumu?"

"kamu harus bisa buktikan kepada ayahmu dan orang orang, kalau kamu bisa sukses walau tidak didampingi seorang ayah?" nuril pun semakin panjang lebar menasehati hadi yang hanya tertunduk tanpa merespon semua ucapannya.

"makasih ril?"

"iyah, sama sama. Kamu gak boleh sedih lagi, karna aku punya berita spesial buat kamu?"

"berita apa memangnya?"

"hehehe, mau tau aja apa mau tau banget?" nuril pun tak hentinya menghibur dan membuatku tetap tersenyum

"serius dong, jangan buat aku penasaran"

"hehehe, iyah iyah jadi gini? 2 minggu lagi akan ada olimpiade sains dan pak har(guru IPA) meminta 6 orang anak sebagai perwakilan sekolah kita, 2 orang kakak kelas IX, 2 orang kakak kelas VIII dan dua orang dari kelas VII, jadi dari kelas IX mewakili kimia, kelas VIII mewakili biologi dan....."

"dari kelas VII mewakili Fisika, yaitu perwakilannya aku dan kamu, iya kan?"

"hahaha, pintar"

"aduh, gak ada orang lain apa selain kamu ril? Dari SD selalu saja yang dilihat kamu"

"hahahaha, mungkin kamu jaraknya memang gak boleh jauh jauh dari aku di?" seketika tawa kamu berdua memecah kesunyian dalam kelas, dimana pada saat iru memang waktunya istirahat

"oyah DI, udah jam 9 nih? Kamu sudah absen sholat belum? Ayo kita sholat dulu, sekalian biar kamu lebih tenang"
aku dan nuril bergegas ke masjid untuk melaksanakan sholat, yang kebetulan masjidnya terletak tidak jauh dari kelas kami.

Pelajaran selanjutnya berjalan lancar, bebanku seolah olah sudah tak ada lagi, sejenak kupandangi nuril yang memang duduk sebangku denganku.
"dialah orang yang luar biasa, dia adalah penolongku dan sahabat terbaikku, MAKASIH RIL?" Ucap hadi dalam hati

----

sepulang sekolah aku dan nuril janjian untuk kerja kelompok di rumahku, sekalian membahas materi olimpiade sains yang tinggal beberapa minggu lagi.

Pemandangan seperti ini memang bukan hal baru bagi ibuku, sejak SD aku dan nuril memang sering bersama sama, entah dalam mewakili olimpiade, ataupun cerdas cermat, bahkan saat pengumuman juara umum pun kami selalu bersama di posisi teratas.
Namun walaupun nuril berada di posisi kedua dia tidak pernah iri padaku, dan waktu nuril pernah diposisi pertamapun aku juga tak merasa tersaingi lagi.

10 menit perjalanan pulangku telah usai, aku baringkan badanku di atas bale bale bambu yang ada didepan rumah, udara segar khas pesisiran pantai pun meniup niup di badanku.

"kamu sudah pulang DI?" tegur ibu memecahkan kesunyianku

"ibu dari mana? Kok bawa ikan?" tegurku balik membalas percakapan ibu

"hehehe, kaya gak tau aja? Ini dikasih sama pak yoto, katanya buat makan kucing ibu"

"loh, kita kan gak punya kucing bu'?"

"hahaha, hadi hadi yah maksudnya itu kamu nak?" sejenak aku berfikir lalu tertawa renyah bersama ibu

"hahaha, masa ada kucing segede saya bu'? Hahaha, sampe sampe saya aja gak berani ngukur berat badan sama tinggi bu'?"
suasana keakraban pun terjalin diantara aku dan ibu, semua itu terjadi hingga ibu usai memasak makanan untuk kami makan siang.
"wah, waktunya makan nih bu'?" candaku serasa melihat lihat tudung saji yang sudah terdapat nasi beserta pelengkapnya, yaitu ikan goreng dan sambel favoritku

"assalamu'alaikum?"

"wa'alaikum salam? Pas banget kamu ril? Datang datang diwaktu makan, hehehe"

"eh ada nuril? Sini ikut makan sekalian? Pasti kamu belum makan kan? Soalnya tadi ibu ketemu ibumu, katanya baru mau cari sayuran"

"hehehe, ibu tau aja deh, saya memang lagi lapar nih bu" canda nuril dengan muka penuh ibu

kamu bertiga pun segera makan bersama.

"oyah bu', aku dan hadi mewakili sekolahan buat olimpiade sains loh? Hebatkan? Hehehe"

"alhamdulillah, tapi hadi masih belum ada cerita tuh sama ibu"

"hehehe, iyah bu' saya lupa tadi, habisnya yang ada di otak saya cuman makan siang tadi itu, LAPER Hehehe"

"hahaha, dasar kamu tuh di? Yang ada makan mulu?" nuril mengimbangi semua perkataannya denga tertawa puas

"kalau kurang nambah ril? Jangan malu malu?, oyah, kalian berdua harus bisa buktikan, walaupun kita anak pinggirang bisa BERPRESTASI? Hehehe, ibu bangga dengan kalian?"

bersambung~

Pertemuan singkat

sambungan "AKU"

45 menit upacara bendera sudah selesai dilaksanakan, semua siswa dilapangan segera berhambur ke kelas masing masing.

"kamu sudah kerjakan tugas matematika DI?" sapa nuril memecahkan kebisuanku

"sudah dong :D, kamu? Sudah apa belum?"

"hehehe sudah juga, mati aku kalo harus ngedengerin pak sutaji ceramah, bisa berjam jam kan? Mending aku kerjakan tugas aja"

"hahaha, kamu bisa aja ril?"

"oyah, aku kekantin dulu yah beli air minum, kamu mau juga?"

"gak usah, aku sudah bawa dari rumah kok"

"oh, yasudah deh, kalo gitu kamu kekelas aja dulu? Sekalian aku nitip tas yah?"
nuril segera melepaskan tas dan melemparkannya padaku serta bergegas lari ke kantin.

Nuril memang orang yang gak pernah mau kalah dengan lelaki, kelincah serta sifatnya yang keras kepala membuat dia menjadi sasaran empuk bagi anak anak yang belaga menjadi preman disekolah ini, namun dia tetap saja percaya diri dan gak mau kalah, apabila di bully sama preman preman sekolah ataupun kakak kelas seperti mereka.

Sesampainya dikelas aku segera membaca ulang pelajaran sebelumnya yang akan di lanjutkan hari ini.
Pelajaran pertama hari ini bahasa indonesia.
Ini merupakan pelajaran yang teramat sangat tidak diinginkan di kelas kami, semua itu terjadi bukan karena pelajarannya membosankan, namun gurunya yang tidak begitu "pas" dihati.
Sebut saja pak slamet, dengan prawakan pendek dan sedikit gemuk, beliau selalu mengajar di iringi dengan hujan lokal, kalau ada siswa belum mandi, bisa saja duduk didepan supaya bisa cuci muka, sealain itu beliau juga suka bertele tele dan tidak begitu menguasai pelajarannya sehingga siswa/siswi enggan mendengarkan semua penjelasannya.

Belum sempat pak slamet masuk ada sesosok perempuan yang terlihat ngos ngosan sambil mencariku.
Dia adalah mbak nia, tetangga sebelah rumah dia segera menghampiriku dan mengajakku untuk mengikutinya.
"ada apa memangnya mbak?" tanyaku penuh dengan kebingungan

"ayo ikut embak di? Ada yang pengen embak tunjukin ke kamu?"

"emangnya nunjukin apa mbak?" aku pun semakin bertanya tanya sendiri

"sudah ikut aja dulu? Nanti embak jelasin dijalan" mbak nia pun segera menarikku untuk pergi bersamanya

"tapi mbak? Saya belum ijin, lagian ada apa sih memangnya?"

"gak usah ijin dulu? Nanti aja?, hmmmm anu, ibumu tadi bertengkar dengan ayahmu?"
seketika aku kaget dan semakin tidak tenang

"lalu gimana dengan ibu mbak? Mereka ada dimana"

"mereka ada dirumah tadi, tetangga sebelah juga gak ada yang berani ikut campur?"

"ya sudah deh mbak? Kalau gitu saya duluan aja deh? Makasih ya mbak?" tanpa berfikir panjang lagi hadi berlari sekencang kencangnya, serasa dia udah tak menginjak kan kaki lagi di bumi ini, yang ada dibenaknya cuma kegelisahan akan ibunya, karna apabila sudah kelahi ayah seperti orang kesetanan, bahkan tak kenal lagi keluarga atau yang lainnya.

Hadi bergegas lari kerumahnya yang tinggal beberapa meter dihadapannya, kelihatannya tak ada yang aneh dengan keadaan rumah, sampai akhirnya dia buka pintu dan tak ada seorangpun didalamnya, namun keadaan rumah sudah sangat berantakan.

Hadi semakin gelisah melihat itu semua, dia bergegas mencari tau ke tetangga sebelah tentang keberadaan ibu dan ayahnya, hingga akhirnya dia diberitahu kalau ibunya dibawa ayah ke tebing dekat rumahnya.
Hatinya semakin tak karuan, dia tak bisa berfikir jernih lagi, semua hal buruk berkecamuk dibenaknya, hingga akhirnya dari kejauhan dia melihat ibunya yang sedang menangis dan di seret oleh bapaknya.
"ibu'????" teriak hadi dari kejauhan.
Bergegas dia sekencang kencangnya dan mendorong ayah hingga terjatuh, lalu memeluk erat ibunya dengan uraian air mata.

"sekarang semua keputusan ada padamu DI? Kau memilih tinggal bersama ibumu atau aku, ayahmu"

"hahaha, kamu itu memang orang gila yah? Aku sudah tak punya ayah, apalagi jika ayahku adalah orang sepertimu?, kamu tuh tak punya hati? Kau tega menyakiti ibuku? Apa mungkin seorang suami tega menyakiti istrinya? Kau bukan ayahku?"

"oh, jadi selama ku tinggal, ini yang ibumu ajarkan? Menentang dan melawan orang tuamu? Dasar anak tak tau diri" seperti tanpa beban ayah segera menampar ibuku, namun malah akulah yang terkena tamparan itu.
Emosiku sudah tak terkendali segera aku bangkit dan mendorong ayah hingga terjatuh lagi "jdarrrr" tiba tiba terdengar suara hentakan di telingaku.
Kalang kabut aku terbangun dari tidurku, "bapak?" sapaku pada pak slamet yang sudah berada dihadapanku.
"ini itu kelas, bukan hutan, kenapa kamu teriak teriak histeris sekali?" tanya pak slamet singkat dengan muka yan tak biasanya
namun aku hanya bisa menundukkan kepala, seraya menyesali kesalahanku ini.

AKU

dipesisir laut "kidul" hadi memulai perjuangan hidupnya, kehidupannya semenjak ditinggal seorang "ayah" membuat dia menjadi "panas hati", dia semakin semangat menjalani hidup ini, dengan prinsip hidupnya dia yakin bahwa "apa yang orang lain bisa kerjakan, AKU PASTI BISA"

di umurnya yang ke 13 tahun dia memutuskan untuk berhenti dari dunia pendidikan, karna menurut teori dia, "bahwa manusia hidup didunia ini, tujuannya adalah mencari KEBAHAGIAAN" jadi dia tak terlalu berambisi menjadi orang yang mati matian hidup untuk belajar, namun dia lebih suka mencari pengalaman dan kebahagiaan, karna banyak orang orang yang berhasil sekolah tinggi namun hidupnya sengsara, sehingga dia menyimpulkan bahwa keberhasilan timbul bukan dari pendidikan tinggi, namun dari tekad kuat dan usaha.
Sebenarnya tak susah orang mencari uang di dunia ini, toh berbekalkan tutup botol saja anak anak dijalanan bisa makan, bagaimana kalau kita memanfaatkan botolnya? Pasti kita bisa menciptakan uang yang nominalnya jauh lebih besar, entah kita buat "botol lukis" untuk pajangan, atau pun miniatur dalam botol, semuanya bisa kita lakukan selama kita mau berusaha, bukan karna kita sekolah tinggi.
namun figur seorang ibu yang menginginkan anaknya menjadi orang sukses kelak, berusaha mati matian membujuk hadi agar mau melanjutkan sekolahnya ke bangku SMP, alhasil dengan rasa kasihan pada ibunya dia menuruti kemauan itu.

Pagi ini hadi sudah bersiap dengan seragam putih birunya, sambil menunggu waktu berangkat sekolah dia tak lupa dengan kegiatan rutinnya yaitu menyapu halaman dan mencuci piring, hitung hitung sebagai imbalan kerja keras ibunya selama ini, hingga akhirnya tepat jam 7 dia berpamitan pada ibu dan berangkat sekolah.

Sekolahan hadi memang tak jauh dari pesisiran pantai ini, dengan waktu sekitar 10 menit dia sudah bisa menjangkau sekolahannya hanya dengan berjalan kaki.

Tepat di depan gerbang sekolah, tiba tiba bel berbunyi, pertanda upacara hari senin segera dimulai.
Yah, memang terlambat/datang dengan waktu yang minim sudah menjadi rutinitas hadi sejak masa masa SD, karena menurut dia tak ada gunanya kita datang pagi hari, hanya termenung dan bermain tidak jelas, namun dia lebih suka menghabiskan pagi harinya dirumah untuk membantu orangtuanya, karna menurutnya itu lebih berguna dibandingkan berangkat pagi kesekolah.

"hmmm, kamu kapan sih di mau datang pagi?" sapa nuril saat aku mulai memasuki lapangan upacara dengan keadaan tas yang masih ada di punggungku.
"hehehehe, memangnya kalau berangkat pagi mau ngapain juga?" jawabku singkat seraya meletakkan tas dipinggir lapangan
"hahaha, memang yah kata teman teman, kamu tuh satu satunya anak dengan pemikiran aneh, pemikiran sewajarnya itu, anak anak seusia kita haus akan bermain, bukan malah memikirkan hidup dan hidup"

"eh, jangan salah ril? Bukan.a aku mikirin hidup terus, cuman rasanya aneh aja kalo otak kita itu isinya cuma mainan dan mainan, apa gak buang buang waktu sama sekali?, kan lebih baik aku mencari kebahagiaanku? Termasuk dengan membantu dan membahagiakan orang tuaku"

"hahaha, terserahmu deh? Otakmu itu memang aneh?, cepat baris gih? Sebelum pak setyo teriak teriak karena jam upacara molor? Hehehe" kamipun tertawa renyah dan begegas gabung dalam barisan.

Nuril adalah satu satunya perempuan yang mau menjadi sahabatku, dia itu satu satunya orang yang bisa menerima kekurangan, ketidak mampuan, serta keanehan "pola berfikir" ku.
Dia selalu menemaniku, menjadi tempat curhat, serta segalanya buat aku.
Dia adalah satu satunya yang kupunya selain ibu :)