Hari pertama (sonichi) 3

Setelah beberapa menit, stella, jeje dan melody tak sengaja masuk kedalam aula secara bersamaan.
Melody yang coba menyapa stella hanya dibalas senyum palsu, yang seketika membuat melody terlihat kusam.
Jeje kembali menepuk nepuk kan tangannya di punggung melody sebagai isyarat dia harus sabar menghadapi stella yang sedang emosi, dan hanya senyum lah yang bisa melody berikan pada jeje sebagai tanda mengiyakan.

Seolah tak ada masalah jeje menarik tangan melody untuk melewati stella yang terlebih dahulu memasuki aula.
Jangan tatap stella, bisik jeje di telinga melody.
Dengan mantap melody mencoba percaya pada semua rencana jeje.

Stella yang terlihat jengkel segera menghentikan langkahnya, dan duduk di bangku sebelah kirinya.

Stella mencoba mengalihkan kejengkelannya dengan cara mendalami naskah yang di berikan di pintu masuk aula tadi.
Sudah berkali kali stella membaca satu bait dialog namun tak ada yang menempel di otaknya!
Perlahan stella pun mulai gusar dengan kejengkelannya, berulang kali dia acak acak rambut untuk mengekspresikan ke jengkelannya itu.
"Katanya kalo orang lagi bad mood, coklat bisa jadi rekomendasi yang baik lo" stella sontak kaget dengan suara asing itu, dia edarkan pandangan pada lelaki yang sedang memegang coklat di bangku sampingnya, tanpa banyak bicara stella mengalihkan lagi pandangan dari lelaki itu.
Kekesalan yang dia rasakan membuat stella malas basa basi, apa lagi makan.
Sekilas stella sadar kalau coklat di hadapannya sudah dibukakan bungkusnya.
"Coba makan deh, atau pengen ku suapin?" Laki laki itu berulang kali menyuapkan sebatang coklat ke mulut stella, yang ada malah membuat stella semakin jengkel dan emosi.
"Udah deh rel? Jangan ganggu gue" bentak stella dengan nada yang semakin tinggi.
Farel, lelaki yang duduk disamping stella tiba tiba tersenyum geli, dia merasa senang melihat tingkah kekanak kanakan sahabat kecilnya itu.
"Kamu masih kekanak kanakan yah tingkahnya" dengan gemas farel mencubit pipi dan hidung
stella.
"Ih, apa si lo rel? Kamu juga kan tetep yang paling bisa buat aku senyum!" Sekilas stella tersenyum senang dengan keberadaan farel disampingnya, lalu merebut dan melahap coklat dari genggaman lelaki yang sudah menghiburnya.

Setidaknya stella merasa ada yang masih perduli padanya, yaitu farel sahabat kecilnya, walaupun persahabatan mereka sempat dijaraki oleh melody dan jeje sahabat barunya. Tapi farel tak segan menghibur stella dikala hatinya di hinggapi rasa kesendirian.
Stella melirik farel yang ternyata sedang memperhatikan dia.
"Ih, kamu kenapa liatin aku kaya gitu? Nanti naksir loh?" Tawa stella pecah seketika saat melihat farel tersenyum simpul
"Tenang aja, gue bakalan tetep setia sama jeje kok" farel pun turut memecahkan tawanya, di barengi dengan wajahnya yang mulai memerah.
Stella sejenak berubah masam melihat tingkah farel, dia mengalih kan pandangan pada jeje dan farel bergantian, ada sedikit kecemburuan dalam hatinya, namun dia harus memendam perasaannya itu, karena dia sudah berjanji pada farel untuk membantu mendekatkan farel dengan jeje.
Sambil menikmati coklat di dan rasa kecemburuan stella menyandarkan kepalanya dibahu farel, bahu yang selalu menemani kesedihannya semasa ia kecil dulu, disaat stella mengis saat jatuh dari sepeda, saat dia di tinggal sahabat sahabatnya dan bahu inilah tempat bersandarnya, tempat meneteskan air mata dan tempat stella mendapatkan. . . .
"Udah kamu jangan cemberut terus, jadi bener yah kamu kelahian sama melo dan jeje" sambil melayangkan pertanyaan itu farel membelai lembut rambut stella
"Yah, disinilah tempatku biasa mendapat belaian dari orang yang ia sayang dan cintai" begitu batin stella melanjutkan lamunannya.
Dia bahkan merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, dia lupa dengan melo, jeje, ataupun queen of the year!
Yang ada di otaknya saat ini hanya farel, farel, farel dan farel.

"Memangnya kamu gak marah, karna aku lebih perdulikan sahabat baruku. Melo dan jeje?" Perlahan stella menegakkan kepala dan menatap farel.
Tak langsung menjawab, tetapi farel malah menatap kosong ke arah panggung aula yang di penuhi panitia untuk menyiapkan pengeras suara.
"Menurutku sahabat itu gak perlu selalu ada buat kita, namun bisa faham dan mengerti kita itu sudah cukup" kembali stella mengalihkan pandangannya ke farel yang masih melamun.
"Jeje pasti beruntung bisa dicintai orang perhatian, pintar, ganteng dan setia kaya kamu" stella mencoba tersenyum dibalik kecemburuan yang dia rasakan "aku pasti akan selalu bantu kamu kok, karna aku yakin jeje juga suka sama kamu, siapa sih yang tega nolak sahabatku" stella seketika tertawa geli diiringi konflik di dalam batinnya "Aku akan selalu ngerti dan memahami kamu rel, karna kau itu sahabat ku, iya sahabat" batin stella semakin gundah, dia tak tau harus membenci jeje yang sudah membutakan farel, sehingga farel tak sadar dengan keberadaan stella yang mencintainya.
Namun disisi lain, kenapa stella perjanji akan membantu farel sahabatnya itu untuk mengejar kebahagiaannya.
Di tengah konflik batin yang dialami, stella dikejutkan getaran ponsel di sakunya.
Dia rogoh saku di baju putih dan mengfokuskan pandangan pada layar ponsel itu.
Private number~ begitu batin stella berkata.
"Siapa yang telfon? Kok gak diangkat?"
"Gakpapa kok rel" sekilas stella tersenyum simpul dan mendekatkan jari jempolnya menuju layar ponsel layar sentuhnya, stella sudah mantap ingin mengangkat telfonnya, walaupun ini akan menjadi pertamakalinya stella mengangkat telefon yang misterius, karna teman temannya saja banyak yang jengkel saat telfon penting namun tak direspon stella, dimana alasannya karena nomornya gak ada nama.
Namun berbeda kali ini. Dia penasaran dan segera menerima panggilan masuk itu, semakin dekat telinganya dengan ponsel namun tak ada suara yang keluar, dan seolah mulut stella kaku sehingga tak mampu untuk mengucapkan sepatah kata saja.
"Gue bakalan ngebantu loe buat rebut sahabat kecil loe itu dari jeje"
"Kamu~" stella segera menarik ponselnya dari telinga, dan dengan ekspresi yang was was dia edarkan pandangannya ke seluruh sudut aula.
"Ada apa stell? Kayanya kamu ketakutan gitu" stella seolah tak menggubris farel, dia masih sibuk dengan suara misterius tadi, dia yakin tau orang itu, dan dia yakin hanya orang yang tau masalalunya yang bisa bicara begitu, dia adalah orang yang dekat denganku.
"Oh, aku gakpapa kok rel, cuman lagi nyari ghaida, apa kamu tau dia dimana?"

Bersambung………
Ada pelebaran part guys, jadi belum tau sampe part berapa, hehehe.

Dan tolong komentar dan sarannya ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hidup ini perjalanan.
dan tulisan adalah kenangan

apa yang kamu coretkan, itulah yang akan selalu di ingat oleh setiap orang.