Semua tentang perasaan
by. Hadi wardoyo
terdengar isakan tangis seorang gadis yang kira kira masih berusia belasan, dari wajahnya terlihat seperti gadis usia 19tahunan.
Dia terlihat menagis begitu hebatnya, meratapi nasip dan hidupnya, "aku memang seorang pelacur, aku adalah orang yang dilaknat tuhan dan agama, namun apa daya? Tak ada seorangpun yang tau tentang hidupku?, aku sudah berusaha mencari kerja, namun tak ada seorang pun yang menerimaku, aku mencoba dan terus berusaha, tapi berbekalkan ijazah SMP yang sudah usang ini aku tak juga mendapatkan sepeser uang untukku bertahan hidup hari ini, aku sudah tak berguna? Aku sudah tak berharga di dunia ini?, tiada jalan lain bagiku selain minta minta, entah dijalan maupun dari rumah kerumah, tapi apa kau tau? Yang ada aku hanya diHINA, aku dianggap seorang gadis yang masih kuat berkerja namun kenapa menjadi peminta minta? Apa kalian tak pernah tau dengan usahaku selama ini? Tak adakah tempat untuk orang sepertiku? Sudah tak ada yang berharga lagi dalam hidup ini, namun yang aku miliki saat ini hanyalah harga diri. Tak ada cara lain untuk ku hidup selain menjual harga diriku"
***
om om jalang itu adalah sumber keuanganku, aku sudah menjalani semua ini baru sebulan yang lalu, semenjak aku ditinggalkan oleh satu satunya orang yang berharga dalam hidupku, yaitu arya kakak kandungku, biasanya aku selalu pergi berdua dengannya, mencari sepeser uang untuk ku bertahan hidup di perkotaan ini, beginilah pengorbanan kami demi menjalani kehidupan ini, semenjak kami(aku dan kakakku) di tinggal orangtua kami untuk selamanya kami menjadi terkotang katung, hidup kami tak memiliki tujuan, setelah rumah dan harta kami disita oleh teman judi ayahku.
Ayahku memang seorang preman itu pun dia geluti karna sudah tak ada cara lain untuk mencari sesuap makanan, hingga akhirnya ayah dan ibu tiada saat terjadi pemberontakan dari warga sekitar yang merasa terganggu oleh kehadiran ayahku, hingga akhirnya ibu yang berusaha untuk menyelamatkan ayahpun turut menjadi korban masa.
Tak beda jauh pula dengan kakakku, dia meneruskan pekerjaan ayah, sebagai seorang preman walau sebenarnya kami tak pernah menginginkan keadaan seperti ini, namun karena desakan ekonomi dan lapangan kerja yang menipis membuat kami rela melakukan berbagai cara, walaupun nyawa taruhannya.
Kakakku meninggal saat ingin menyelamatkan remaja buta yang sedang menyebrang di jalan, kakak berusaha menyelamatkannya namun naas, dia harus kehilangan nyawanya, dan yang lebih naasnya lagi aku mengetahui kejadian ini setelah 7 hari meninggalnya kakakku, itu semua terjadi karena orang orang menganggap kakakku hidup sebatang kara, image itu dia berikan kepada orang sekitar agar mereka tidak tau kalau aku adalah adiknya, dia berkata kalau sampai warga dan orang orang sekitar tau pasti aku akan menjadi bahan cibiran orang orang, karna mereka hanya bisa menilai orang dari perilaku saja, mereka tak pernah mau tau tentang kehidupan ataupun jerih payahnya.
LOLITA, itu sudah tak asing lagi detilang om om jalang dikota ini, itu lah namaku, walau masih sebulan aku sebagai pelacur, namun namaku denganmudahnya tersebar di kalangan mereka.
Bak seorang artis aku bisa dianggap seorang promadona, bermodalkan badan yang masih OKE untuk ukuran remaja 19tahunan membuat aku sangat mudah meMOROTI harta harta makluk bejat itu, aku adalah objek penikmat mereka, sehingga menurutku adil adil saja aku memoroti hartanya sebagai penikmat hidupku, harta ini lah yang sudah menyesatkan hidupku, menghancurkan keluargaku, serta diriku sendiri.
***
entah kenapa hari ini aku kangen dengan kakak dan kedua orang tuaku, hingga akhirnya aku putuskan untuk berkunjung kemakam hari ini, sebagai pengobat rasa rinduku, "tan nanti siang aku mau pergi ke makam, entah kenapa aku merasa rindu dengan kakak dan orang tuaku" "terserah kamu aja sih, asal jangan pulang malam malam? Kamu kan ada janji malam ini" sahut tante sinta, tante sinta sudah ku anggap sebagai orang tuaku sendiri, walaupun terkadang dia terlihat seorang srigala yang selalu menyerap darahku, namun cuma dialah yang tau keadaanku saat ini, dia juga yang memberiku tempat tinggal di paviliunnya, yah walaupun aku tinggal bersama dengan orang orang yang senasib denganku.
Aku segera pergi meninggalkan paviliun tante sinta dan bergegas pergi untuk mencari kebutuhan "nyekar" nanti.
***
pertama aku datang ke makam kedua orang tuaku, aku membersihkan rerumputan yang ada serta aku taburkan bunga yang sudah kubeli tadi, tak lupa juga aku panjatkan doa untuk mereka berdua.
Selang tak berapa lamu aku beranjak ke makam kakakku yang letaknya tak jauh dari makam kedua orang tuaku.
Darikejauhan aku merasa ada yang aneh dari makam kakakku, makamnya terlihat begitu bersih dan terdapat bunga bunga sebar yang bertabur rapih diatasnya.
"siapa yang memberi bunga dan membersihkan makam ini?" aku mulai bertanya tanya
ku tengok sekeliling makam, namun tak juga kutemukan sesosok kehidupan.
=>> bersambung
hemmm, jadi sedih keinget orang tua.
BalasHapusEh mampir ke blog aku yuk!
Aku lagi bagi pulsa @Rp 5.000 untuk 5 orang dengan hanya berkomentar di http://argalitha.blogspot.com/2013/02/berhemat-dengan-undangan-pernikahan.html
tapi komentarnya harus nyambung dan seru, ya :) jangan lupa tinggalkan nama akun twitternya. Paling lambat tanggal 27 Februari jam 9 malam.
aku tunggu. Terima kasih ^^
Hehe, mbak bisa aja? :D
BalasHapusjangan sampai ketinggalan lanjutan.a ya mbak?
#penulisAMATIR :)
banyak yg kayak gini nih didunia kita. ceritanya bagus :D
BalasHapus